Profil Desa Tanjungrejo
Ketahui informasi secara rinci Desa Tanjungrejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Tanjungrejo, yang terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, merupakan sentra pertanian dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Potensi utama desa ialah lahan pertanian yang subur, didukung infrastruktur pengairan peninggalan
-
Sentra Pertanian Produktif
Lokasinya di Kecamatan Ngombol, wilayah yang dikenal sebagai lumbung pangan Purworejo, menempatkan Desa Tanjungrejo sebagai kawasan dengan produktivitas padi yang tinggi.
-
Infrastruktur Pengairan Bersejarah
Keberadaan Bendungan Siwatu peninggalan Belanda membuktikan warisan sistem irigasi yang kuat, krusial dalam menjaga pasokan air untuk lahan pertanian, terutama saat musim kemarau.
-
Masyarakat Agraris dan Religius
Mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian, dan nilai-nilai keagamaan, khususnya Islam, sangat mengakar dalam kehidupan sehari-hari.
Terletak di wilayah administratif Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Desa Tanjungrejo merupakan salah satu desa yang memiliki peran vital dalam sektor pertanian. Secara geografis, desa ini berada di koordinat yang menjadikannya bagian dari bentang alam dataran rendah yang subur. Kondisi geografis ini sangat mendukung sektor pertanian yang mendominasi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Batas-batas wilayah Desa Tanjungrejo mencakup Desa Laban di sisi utara, Desa Kaliwungukidul di selatan, Desa Tunjungan di barat dan Desa Pulutan di sisi timur.Dengan luas wilayah sekitar 161 hektare, Desa Tanjungrejo mengandalkan lahan sawah sebagai sumber utama penghidupan. Data terkini menunjukkan bahwa populasi desa ini, meskipun tidak secara spesifik tersedia untuk tahun 2024, memiliki jumlah penduduk yang stabil. Merujuk pada data sensus BPS, Kecamatan Ngombol secara keseluruhan memiliki kepadatan penduduk yang masuk kategori menengah, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang, mencerminkan struktur demografi yang sehat. Angka kepadatan penduduk di Tanjungrejo, sejalan dengan karakteristik demografi di wilayah sekitarnya, yakni sekitar 648 jiwa per kilometer persegi.Masyarakat Tanjungrejo mayoritas berprofesi sebagai petani, yang secara turun-temurun mengolah lahan persawahan. Selain padi sebagai komoditas utama, beberapa petani juga menanam palawija seperti jagung dan kacang-kacangan sebagai alternatif. Ketergantungan pada sektor pertanian ini menjadikan siklus tanam dan panen sebagai denyut nadi kehidupan desa. Suasana pedesaan yang asri, dengan hamparan sawah hijau, tidak hanya menjadi pemandangan sehari-hari, tetapi juga mencerminkan ketangguhan ekonomi yang berbasis pada alam.
Bendungan Siwatu: Warisan Irigasi yang Menghidupi
Salah satu aset terpenting dan bersejarah di Desa Tanjungrejo ialah keberadaan Bendungan Siwatu. Bendungan yang disebut-sebut sebagai peninggalan era kolonial Belanda pada tahun 1800-an ini, membendung aliran Sungai Jali. Keberadaan bendungan ini sangat krusial bagi kelangsungan pertanian di Tanjungrejo dan desa-desa sekitarnya, khususnya saat menghadapi musim kemarau. Bendungan Siwatu berfungsi sebagai sumber pengairan vital yang memastikan ketersediaan air untuk ribuan hektare lahan sawah.Sistem irigasi yang terintegrasi dari Bendungan Siwatu memungkinkan petani untuk tetap berproduksi meskipun di tengah cuaca yang kurang bersahabat. Pengelolaan air yang baik ini turut menjaga Desa Tanjungrejo dan sekitarnya dari ancaman kekeringan yang sering melanda daerah pertanian. Menurut salah satu petani setempat, Bapak Slamet, "Bendungan Siwatu ini nyawa bagi kami. Kalau tidak ada bendungan, kami tidak bisa menanam di musim kemarau. Airnya selalu ada, sehingga hasil panen kami tetap bagus." Ketergantungan terhadap bendungan ini menunjukkan betapa pentingnya infrastruktur bersejarah ini dalam menopang ketahanan pangan lokal.Selain fungsinya sebagai pengairan, Bendungan Siwatu juga memberikan nilai historis bagi Desa Tanjungrejo. Bangunan kokoh yang dibuat oleh Belanda ini menjadi saksi bisu perkembangan pertanian di wilayah tersebut. Proyek modernisasi pertanian yang kini digalakkan oleh pemerintah desa dan dinas terkait, bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan bendungan ini dengan teknologi yang lebih efisien, tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisionalnya. Kolaborasi antara pemerintah daerah dan kelompok tani lokal menjadi kunci untuk memastikan Bendungan Siwatu terus berfungsi secara optimal di masa mendatang.
Potensi Ekonomi Lokal dan Dinamika Sosial
Selain sektor pertanian, Desa Tanjungrejo memiliki potensi ekonomi lain yang sedang berkembang. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai tumbuh, sebagian besar berfokus pada pengolahan hasil pertanian atau produk rumahan. Contohnya, ada UMKM yang memproduksi olahan keripik dari singkong atau ubi yang ditanam di lahan desa. Inisiatif ini didorong oleh semangat kewirausahaan masyarakat yang melihat peluang diversifikasi pendapatan di luar sektor pertanian.Dinamika sosial di Desa Tanjungrejo sangat erat dengan nilai-nilai kekeluargaan dan religiusitas. Mayoritas penduduk di desa ini memeluk agama Islam. Kegiatan keagamaan dan tradisi lokal, seperti acara syukuran panen atau peringatan hari besar Islam, seringkali menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Tradisi ini memperkuat solidaritas dan gotong royong, yang merupakan modal sosial berharga dalam menghadapi berbagai tantangan.Pada ranah pendidikan, Desa Tanjungrejo memiliki beberapa fasilitas pendidikan dasar yang menampung anak-anak usia sekolah. Pemerintah desa aktif dalam mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat. Program-program penyuluhan pertanian juga rutin dilaksanakan, bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat, untuk memperkenalkan metode tanam modern dan penggunaan pupuk yang ramah lingkungan. Ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Menghadapi Masa Depan: Pertanian Berkelanjutan dan Inovasi
Desa Tanjungrejo kini dihadapkan pada tantangan modernisasi dan perubahan iklim. Perubahan cuaca yang tidak menentu, dengan musim hujan dan kemarau yang semakin sulit diprediksi, menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian. Oleh karena itu, pemerintah desa dan kelompok tani sedang berupaya mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan. Penggunaan varietas unggul yang tahan hama dan kekeringan, serta penerapan teknik irigasi hemat air, menjadi fokus utama.Selain itu, inovasi di bidang pengolahan hasil pertanian juga terus digencarkan. Tujuannya ialah untuk meningkatkan nilai jual produk dan mengurangi ketergantungan pada penjualan gabah mentah. Pelatihan-pelatihan tentang diversifikasi produk olahan, pengemasan yang menarik, dan pemasaran digital mulai diberikan kepada para pelaku UMKM. Hal ini diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan pendekatan holistik yang menggabungkan tradisi, teknologi, dan inovasi, Desa Tanjungrejo bertekad untuk terus menjadi lumbung pangan yang tangguh, sekaligus menjadi model pengembangan desa yang berkelanjutan dan sejahtera di Kabupaten Purworejo.